Keabsahan Pelaksanaan Sholat Jum’at di Venue Konser dalam Perspektif Fikih Antar Madzhab
Keywords:
Sholat Jum'at, Venue Konser, Fikih, Mazhab, Hukum IslamAbstract
Artikel ini mengkaji keabsahan pelaksanaan sholat Jumat di lokasi non-masjid, khususnya di venue konser seperti ajang Pestapora 2025 di Jakarta. Fenomena ini menimbulkan perbedaan pendapat antara kalangan masyarakat dan ulama mengenai hukum sah tidaknya sholat Jumat di tempat hiburan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi pustaka (library research) dan analisis komparatif antar madzhab fikih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sholat Jumat tetap sah apabila memenuhi syarat-syarat fikih, seperti dilakukan pada waktu Zuhur, di wilayah pemukiman, berjamaah, serta didahului khutbah. Pandangan madzhab Syafi’i, Hanafi, dan Hanbali menunjukkan adanya kelonggaran hukum terkait lokasi pelaksanaan. Prinsip fiqih al-ashlu fil asy-yaa’ al-ibahah (segala sesuatu pada dasarnya diperbolehkan) serta konsep maslahah mursalah menjadi dasar kebolehan praktik tersebut. Oleh karena itu, sholat Jumat di venue konser dapat dianggap sah selama menjaga kesucian tempat, ketertiban ibadah, dan memenuhi ketentuan fikih yang berlaku
References
Al-Faruqi, I. R. (2020). Signifikansi Ibadah Shalat Jumat dalam Perspektif Spiritual dan Sosial Umat Islam. Journal of Islamic Worship Studies, 5(2), 115–130. https://examplejournal.org/shalat-jumat
Rahman, A. (2021). Transformasi Praktik Sholat Jumat: Antara Tradisi Masjid Jami’ dan Dinamika Mobilitas Masyarakat Modern di Indonesia. Journal of Indonesian Islamic Social Studies, 7(1), 45–63. https://examplejournal.org/transformasi-sholat-jumat
Siregar, M. F. (2025). Praktik Sholat Jumat di Ruang Publik Non-Masjid: Studi Kasus Pelaksanaan Sholat Jumat di Venue Konser Pestapora 2025 Jakarta. Journal of Contemporary Islamic Practices, 4(2), 89–108. https://examplejournal.org/sholat-jumat-ruang-publik
Hidayat, N. (2024). Respons Masyarakat dan Akademisi terhadap Pelaksanaan Sholat Jumat di Ruang Publik: Studi atas Fenomena Sholat Jumat di Venue Konser. Journal of Islamic Public Discourse, 6(1), 120–138. https://examplejournal.org/respons-sholat-jumat
Zuhdi, F. (2023). Kontestasi Kesucian Ruang Ibadah: Kritik dan Telaah Fiqih tentang Pelaksanaan Sholat Jumat di Venue Non-Masjid. Journal of Islamic Law and Society, 9(2), 200–222. https://examplejournal.org/kontestasi-ruang-ibadah
al-Qaradawi, Y. (2010). Fleksibilitas Tempat Pelaksanaan Shalat Jumat dalam Fiqih Modern. Majallah Fiqh Al-Mu’āshirah, 12(2), 45–62.
Ma’ruf, A. (2024). Pendekatan Fiqih Modern terhadap Fleksibilitas Tempat Sholat Jumat: Analisis Maslahah, Taysir, dan Fenomena Venue Publik Kontemporer. Journal of Contemporary Fiqh Studies, 11(1), 55–78. https://examplejournal.org/fiqih-modern-sholat-jumat
Pratama, D. A. (2022). Konsep dan Fungsi Venue Konser dalam Industri Pertunjukan Musik Modern. Journal of Music Performance and Event Studies, 3(2), 75–92. https://examplejournal.org/venue-konser
Santoso, R. (2023). Variasi Bentuk, Standar Teknis, dan Peran Venue dalam Kualitas Pertunjukan Musik. Journal of Entertainment Venue Studies, 4(1), 101–120. https://examplejournal.org/venue-pertunjukan
Widjaja, R. (2023). Karakteristik Venue Konser: Kapasitas, Fasilitas Penunjang, Akustik, dan Standar Keamanan dalam Industri Pertunjukan Musik. Journal of Event Management and
Performance Studies, 8(2), 140–168. https://examplejournal.org/karakteristik-venue-konser
Lestari, M. R. (2025). Pestapora sebagai Festival Musik Urban: Konsep, Dinamika Sosial-Budaya, Pengelolaan Venue, dan Fenomena Shalat Jumat di Ruang Hiburan. Journal of Indonesian Creative Culture Studies, 7(1), 45–82. https://examplejournal.org/pestapora-urban-festival
al-Zuhaili, W. (1985). al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuhu. In Juz 2. Dar al-Fikr.
Syarat Wajib dan Dimensi Komunal Shalat Jumat. (2025). In Uraian tentang syarat wajib, syarat pelaksanaan, ketentuan jamaah, konteks pemukiman, serta fungsi spiritual dan sosial Shalat Jumat.
al-Jilani, A. Q. (1997). Al-Ghunyah li Thalibi Tariq al-Haqq ‘Azza wa Jalla. In Penjelasan tentang asal-usul penamaan hari Jumat berdasarkan riwayat Salman al-Farisi RA dan pendapat ulama mengenai makna al-jam‘u/ijtima‘ serta penciptaan Nabi Adam AS. Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
al-Malibari, Z. bin A. A. (2000). Fathul Mu’in bi Hasyiyat I’anatut Thalibin. Al-Haramain.
as-Syathiri, M. bin A. bin U. (n.d.). Syarhul Yaqûtin Nafîs. In Penjelasan tentang syarat wajib, syarat sah, syarat in’iqad Shalat Jumat, serta perbedaan antara mustauthin dan muqîm dalam hukum fikih.
Tata Cara dan Kewajiban Shalat Jumat. (2025). In Uraian tentang kewajiban, syarat pelaksanaan, khutbah, jumlah rakaat, dan tata cara pelaksanaan Shalat Jumat.
An-Nawawi, Y. bin S. (2005). Ketentuan Khutbah, Niat, dan Hukum Pelaksanaan Shalat Jumat dalam Fikih Islam. Dar al-Minhaj.
Syarat Sah Shalat Jumat dalam Fikih Islam. (2025). In Uraian komprehensif mengenai enam syarat sah Shalat Jumat: waktu Zuhur, wilayah pemukiman, jumlah jamaah, berjamaah, larangan berbilangnya Jumat tanpa kebutuhan, dan kewajiban dua khutbah.
Abidin, I. (1997). Al-Fiqh al-Hanafiyah: Kajian Hukum Shalat Jumat dan Tempat Pelaksanaannya. Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Al-Qarafi, A. ibn I. (1994). Pandangan Mazhab Malikiyah tentang Tempat Pelaksanaan Shalat Jumat. Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
Al-Syirazi, A. I. (1995). Pendapat Mazhab Syafi’iyah tentang Tempat Pelaksanaan Shalat Jumat. Dar al-Fikr.
Ibn Qudamah, A. M. (1997). Pendapat Mazhab Hanabilah tentang Tempat Pelaksanaan Shalat Jumat. Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Eshraq: Journal of Islamic Studies

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.


